Friday 5 August 2022

Gagal Lagi

GAGAL LAGI

Yah gagal lagi setelah mencoba kesekian kalinya. Kecewa sudah pasti, sedih juga sih. Ada yang mengalaminya juga? 

Ok saya ingin menceritakan kegagalan-kegagalan saya saat mengikuti tes CPNS. Yups sudah beberapa kali ikut dan masih saja gagal. Kalau di tanya kenapa sih mau jadi PNS, jawaban kurang lebih seperti orang pada umumnya. Ingin memperoleh gaji tetap tiap bulan, masa depan lebih terjamin. Umum banget kan, padahal rejeki memang sudah di jamin sama Allah. Hahahaha

Btw saya sudah mengikuti tes seleksi CPNS saat baru lulus D3, tahun 2014 waktu itu hanya kementerian yang membuka formasi jabatan. Dan saya yang masih fresh graduate langsung gas pol mengikuti, lolos berkas namun tidak datang mengambil kartu ujian karena pada saat itu semua masih serba manual. Mengambil kartu aja harus datang langsung tidak bisa diwakili karena harus memperlihatkan KTP dan bertanda tangan, saya saat itu lebih memilih perpanjang waktu libur di kampung, daripada harus balik ke Makassar. Masih sangat santai dan tidak ada rasa kecewa sama sekali.

Kegagalan kedua, ini juga cuma Kementerian yang buka formasi, tahun 2016. Saya sudah bergabung di Nusantara Sehat penempatan di Kepulauan Riau. Prinsip saya sih jika ada kesempatan yah dipergunakan. Jadi saya ikut lagi dong, padahal formasi jabatan nya tidak ada di Sulawesi Selatan, terdekat di Manado. Ok bagi saya itu masih ada Sulawesi nya. Ikut lah proses pemberkasan yang sudah lebih modern, semua berkas cuma di kirim via online. Saat itu tempat tes terdekat cuma di Palembang, mau balik Makassar biaya tiketnya lebih mahal. Ya udah pilih yg terdekat. Tapi saat itu saya lebih semangat jalan-jalan di Palembang ketimbang mengikuti tes. Tidak ada persiapan sama sekali, iya sih saya belajar tapi kayak yah belajar ala kadarnya. Padahal Kak Ria teman sekamar saat di penempatan selalu mengajak belajar bareng. Dan dia lolos ke tahap selanjutnya sedangkan saya nilainya jauh di bawah ambang batas. Memang lebih semangat jalan-jalan sih. Sedih, kecewa, ehm tidak sih. Hahahaha

Kegagalan ketiga perekrutan CPNS tahun 2018, nah waktu ini di buka perekrutan sebesar-besarnya. Banyak banget formasi yang terbuka di mulai di pemerintahan kabupaten/kota sampai ke kementerian. Banyak pilihan deh, tapi nilai ambang batas juga naik. Saat itu saya memilih ikut di Luwu Timur. Yah yang terdekat dari kampung halaman. Dan di luar dugaan saya berhasil lolos ke tahap SKB, saya sudah bahagia sekali, merasa tinggal sedikit lagi. Apalagi waktu itu banyak banget peserta yang tidak lolos, bahkan ada banyak formasi yang pesertanya tidak mencapai nilai ambang batas. Saya pikir wah otomatis lolos nih. Tapi ternyata formasi yang saya pilih dua orang yang lolos, yah saya ada pesaing. Karena banyak formasi yang kosong, akhirnya nilai ambang batas di turunkan, biar banyak yang bisa mengikuti tahap selanjutnya. Dan memang bukan rejeki lagi, saya tidak lolos, nilai pesaing saya lebih tinggi. Padahal harapan saya sudah terlalu tinggi. Disinilah saya merasa kecewa untuk pertama kalinya. Semakin besar harapan, kekecewaan semakin besar juga. Namun saya dengan cepat bisa menerimanya. 

Kegagalan keempat, perekrutan CPNS 2019. Saat itu saya mengikuti seleksi di kabupaten Luwu, kampung halaman saya. Disini saya belajar lebih keras, berharap bisa lolos karena sudah di kampung sendiri. Tapi gagal lagi, bahkan saya gagal di tahap pertama. Nilai saya hanya silisih nol koma sekian dari pesaing saya, dan hanya satu yang di butuhkan dengan artian cuma tiga yang berhak mengikuti tahap berikutnya dan saya berada di posisi ke empat. Lagi dan lagi, masih bukan rejeki. Kekecewaan saya tentu lebih besar lagi, karena harapan saya semakin tinggi. Tapi itu dengan mudah saya ikhlaskan.

Tahun 2021 kembali di buka perekrutan CPNS dan saya dengan semangatnya ikut lagi. Dari semua seleksi CPNS yang saya ikuti inilah yang penuh perjuangan dan harapan saya sangat besar untuk lolos seleksi. Di mulai saat mendaftar online, NIK saya tidak ditemukan, setelah di cek ternyata NIK saya belum sinkron di kantor kependudukan. Oh iya saya baru menikah dan pindah KK dan domisili. Mungkin itu yang membuat NIK saya tidak ditemukan. Akhirnya suami saya yang datang ke kantor kependudukan karena saat itu saya hamil. setelah beberapa kali ke kantor kependudukan, NIK saya bisa digunakan. Sayapun mendaftar dan lolos seleksi berkas. Saya belajar lebih giat, walaupun saat itu saya hamil besar tapi itu tidak menyurutkan semangat belajar saya. Ternyata saya tes saat sudah melahirkan, umur anak saya baru sebulan, dan terpaksa harus memompa ASI agar bisa ikut tes. Saya lolos tahap kedua namun berada di urutan ke empat yang di butuhkan 2 orang. Saya belajar lebih keras lagi, sambil menyusui, sambil menidurkan anak dan bahkan saya ikut bimbel online. Tapi saya sempat down saat ditemukan ke curangan di perekrutan ini. Termasuk di kabupaten Luwu tempat saya ikut seleksi. Dari berita yang saya baca ada 4 orang yang terindikasi curang, tapi sampai sekarang tidak tahu apakah 4 orang itu didiskualifikasi atau tidak. Karena proses pengumuman nya juga berbeda dari kabupaten lain. 

Kesal banget, saat saya sudah berjuang untuk belajar ada oknum yang malah memilih jalan curang. Belum jadi PNS aja sudah berbuat curang, apalagi jika sudah menjabat. Mungkin korupsi kali yah. Tapi hal semacam ini tidak bisa di pungkiri, walaupun perekrutan sudah lebih transparan dari sebelum-sebelumnya. Tapi yah masih kecewa aja sih, sampai saat ini belum tahu apakah yang curang itu mendapat sanksi yang sesuai dan apakah oknum yang bekerjasama dengannya di tangkap, karena jelas ini merugikan negara.

Ok lanjut... Saya mengalami dilema yang luar biasa, ternyata tes tahap kedua harus di Makassar, tempat yang terdekat. Anak saya masih terlalu kecil untuk di bawah perjalanan jauh, mau saya tinggal tapi kasihan juga dan saya juga tidak tega sih. Alhamdulillah kakak saya mau mengantar, akhirnya saya berangkat ke Makassar naik mobil, ditemani oleh kakak ipar beserta anaknya yang masih umur 3 tahun dan tentu saja suami. Sungguh perjuangan yang tidak mudah, banyak pengorbanan keluarga.

Kami di sambut oleh hujan saat sampai di Makassar. Dan seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia jika di guyur hujan berhari-hari maka banjir dimana-mana. Dan apesnya rumah yang saya tempati juga banjir, air masuk ke rumah. Walaupun tidak sampai selutut tapi itu membuat seisi rumah repot untuk menguras air.

Saat perjalanan menuju tempat tes, hujan sudah redah tapi menyisahkan banjir di sepanjang jalan. Jalanan macet parah, banyak kendaraan yang mogok di tengah jalan karena nekat menerobos banjir. Suami saya juga nekat menerobosnya karena waktu registrasi semakin mepet, setelah berjuang kurang lebih dua jam akhirnya tiba di lokasi tes. Saya sangat deg-degan, berbagai doa saya baca. Memasuki ruangan setelah melewati proses pengecekan. Saya sangat tenang menjawab soal, walaupun ada beberapa yang saya jawab asal. nilai saya keluar, skor yang tampil di layar 340. Nilai yang cukup besar, oh iya sebelum berangkat tes saya mengirimkan link live score di grup keluarga dan meminta doa pada mereka. Saat keluar ruangan saya membuka HP saya, melihat tayang ulang live score itu dan nilainya pesaing saya lebih tinggi. 

Harapan pupus, kekecewaan tidak bisa saya tutupi. Perjalanan yang masih harus melewati banjir tidak saya pedulikan lagi. Rasanya hanya ingin segera sampai di rumah memeluk anak saya, meminta maaf. Saya sudah membawanya berjuang namun saya gagal. Saya membalas chat keluarga di grup yang ternyata sudah heboh membahas nilai di live score, mereka tidak tahu siapa-siapa pesaing saya. Saya hanya bisa meminta maaf membuat semua kecewa dan jujur saya sangat kecewa dengan diri sendiri. Jauh lebih kecewa di bandingkan saat mengikuti tes-tes sebelumnya. 

Terlalu banyak harapan yang saya dapatkan, namun lagi dan lagi tidak sesuai harapan. Belum rejeki itulah yang saya ucapkan. Berusaha tegar. Saat sampai di rumah kesedihan saya bertambah saat harus melihat anak saya yang tertidur pulas, masih sangat kecil untuk saya bawa perjalanan jauh, harus tidur saat banjir. Namun seolah mengerti anak saya tidak pernah rewel, tidur dengan santai walaupun banjir sudah masuk sampai kamar. Untung saat itu tempat tidur cukup tinggi. Saya mengucap kening anaknya saya mengucapkan beribu maaf.

Karena terlalu lelah saya tidur dengan cepat, tapi tiba-tiba terbangun, saat itulah air mata saya jatuh tanpa bisa saya bendung. Saat malam yang hening, saat semua tertidur, topeng sok tegar saya luntur.

Pikiran saya berkecamuk, kecewa pada diri sendiri sangat besar saya rasakan. Saya sangat merasa bersalah pada anak saya yang masih kecil tapi sudah harus menempuh perjalanan jauh, pada suami yang sudah susah payah membantu saya, sama kakak-kakak saya yang selalu mendoakan dan membantu dan pada keluarga besar saya.

Jujur sih, rasa kekecewaan itu cukup lama saya pendam, cukup lama bersarang dihati. Berusaha iklhas tapi tetap saja kecewa. Dan semakin bertambah saat pengumuman keluar. Nama saya tertera dalam daftar peserta tidak lolos. Saya berdoa pada Allah SWT meminta supaya hati saya diberikan keikhlasan. 

Dan inilah kegagalan saya untuk kesekian kalinya. Kegagalan yang membuat saya sangat kecewa dengan diri saya. Dan cukup lama hingga saya bisa menerimanya. Belum rejeki, hanya itulah yang saya tanamkan dalam diri saya. Allah SWT akan memberikan jalan yang terbaik diwaktu yang tepat.

Btw buat teman-teman yang lolos selamat... Jadilah ASN yang bekerja dengan penuh tanggung jawab, melayani masyarakat dengan baik. Dan buat yang belum lolos seperti saya. Yuk semangat, kita sudah hebat kok mau berjuang. Apapun hasilnya itulah yang terbaik. 

Dan akhirnya saya mengerti bahwa jika memang sesuatu belum ditakdirkan oleh Allah SWT, mau jungkir balik kita mencoba pasti tidak bisa kita raih, tapi jika memang itu sudah ditakdirkan sejauh manapun pasti akan tetap kembali pada kita. 

Friday 22 July 2022

Tentang Impian

  


 Sebagai seorang manusia tentu kita punya mimpi, tapi sebenarnya ada juga sih manusia yang tidak mempunya mimpi. Sebenarnya apa sih tujuan impian itu? Mengapa banyak orang yang berjuang untuk meraih impiannya? Bagaimanakah cara meraih impian kita?

Apa sih tujuan impian itu?

Apa sih tujuan impian itu? Mungkin kita sering bertanya, buat apa kita mempunyai impian? Impian itu adalah petunjuk untuk meraih sebuah tujuan yang ingin kita capai. Sesuatu yang kita perjuangkan untuk meraihnya. Jika tidak mempunyai impian kita tidak punya arah tujuan, bingung mau kemana, mau bagiamana. Bahkan terkadang hidup jadi hampa karena tidak ada target yang kita tujuh.

Mengapa banyak orang yang berjuang untuk meraih impiannya?

Coba lihat di sekeliling kita, begitu banyak orang yang berjuang begitu keras untuk meraih impiannya. Bahkan mereka rela berkorban. Waktu, tenaga, pikiran dan banyak lagi yang di korbankan untuk meraihnya. Kenapa bisa demikian? Karena impian itulah yang menjadi penyemangat, sebagai bahan bakar untuk meraih sebuah tujuan. Bahkan saat kita sudah meraih sebuah impian kita. Maka kita akan membuat impian yang lebih besar lagi.

Bagaimanakah cara meraih impian kita?

Cara yang paling efektif adalah tentu saja berjuang untuk meraihnya. Jangan pantang menyerah. Jika gagal yah coba lagi, sampai kegagalan itu berubah jadi sebuah keberhasilan. Karena sesungguhnya sebuah kegagalan itu terjadi saat kita berhenti untuk mencoba.

Lantas apakah kalian sudah punya impian?

Jika belum yuk mulai untuk menulis impian yang ingin dicapai. Kenapa harus ditulis? Ini sebagai pengingat dan penyemangat, bahwa ada sesuatu yang sedang kita perjuangkan. Jangan takut untuk bermimpi, mimpi itu gratis kok.

Walaupun sekarang keadaan kita sangat sulit, susah bahkan ingin rasanya menyerah. Tetap perjuangkan impianmu.

     Dan impian yang sangat menakjubkan adalah meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah. Berhasil melewati fase hidup dengan baik dan bekal yang cukup untuk akhirat kelak. Bukan sebuah jabatan, bukan harta yang berlimpah dan semua pernak pernik dunia, karena pada akhirnya semua itu akan kita tinggalkan.

Apakah kita sudah mempersiapkan bekalnya?


Thursday 21 July 2022

Tips Liburan #Healing ala anak NS

 

Assalamualaikum…

Hey bestie, lama juga rasanya baru nulis di blog ini.

Akhir-akhir ini sangat popular istilah healing. Stress dikit butuh healing, capek kerja butuh healing, putus sama pasangan butuh healing. Arti kata healing sendiri berasal dari bahasa inggris yang jika diartikan yaitu penyembuhan. Namun healing juga memiliki banyak makna. Terkadang healing juga biasanya diartikan bepergian ke tempat wisata.

Sama seperti pekerja lain, sebagai anak Nusantara Sehat pasti juga membutuhkan healing atau liburan. Tempat kerja yang  jauh di pedalaman, kerjaan yang berat, fasilitas yang yang tidak ada seperti listrik atau jaringan. Kadang juga jenuh dengan suasana penempatan.

Hal ini bisa mempengaruhi kinerja, makanya anak Nusantara Sehat juga butuh liburan. Biar liburan happy, tubuh segar, wajah berserih, semangat kembali terkumpul tentu harus ada persiapan. Jangan sampai habis liburan, isi tabungan juga habis. Bukannya healing malah jadi pusing.



Berikut ini tips dari saya bestie. Tips Liburan Anak NS.

1.       Persiapkan Jadwal

Saat berstatus jadi anak NS kita tentu terikat oleh peraturan puskesmas, tidak bisa asal izin dan cuti. Ini sudah tertuang dalam peraturan kementerian yah. Jadi biar liburannya legal, bukan illegal sampai jadi buronan karena pergi tanpa pamit, tanpa izin. tiba-tiba post foto liburan. Jangan sampai begitu yah besti. Jaga nama baik kita sebagai Nusantara Sehat.

Nah biar pergi liburannya tenang, persiapkan jadwal jauh-jauh hari, ajukan cuti atau izin beberapa hari. Kemudian pilihlah tempat yang tidak terlalu jauh, karena tempat yang jauh akan membuat waktu kita terbuang dijalan.

Waktu semasa NS saya selalu membuat jadwal liburan bersama teman saya, karena memang hobinya jalan. Kami pilih tempat yang dekat dengan penempatan. Waktu saya di penempatan puskesmas Tebing, saya liburannya di luar negeri karena penempatan saya saat itu adalah daerah perbatasan yaitu di Singapura dan Malaysia. Waktu penempatan di Puskesmas Limbong yang berada di Sulawesi Selatan, saya bersama teman saya liburan ke Toraja dan Bulukumba.

Jadi pilih tempat liburan yang dekat dengan penempatanmu, karena saya yakin setiap sudut di Indonesia mempunyai tempat-tempat indah.

2.       Tentukan Tempat Liburan

Nah ini juga sangat penting, jangan sampai sudah ajukan izin atau cuti malah bingung mau kemana. Sebaiknya kita bertanya pada penduduk sekitar tempat wisata yang bagus di daerah penempatan kita, atau bisa juga cari di google. List beberapa, kemudian tentukan pilihannmu.

Jika kalian ingin liburan bersama teman, diskusikan. Jangan sampai yang satu mau ke pantai, yang lain mau ke gunung. Atau sudah di jalan masih berdebat masalah tempat.

Sebaiknya diskusikan semua, tentukan rutenya. Bahkan jika kalian mau mencari pemandu wisata carilah info dan tentukan sebelum keberangkatan.

3.       Tips Hemat

Biar liburannya tambah nyaman jangan lupa budgetnya juga dipersipakan jauh-jauh hari. Kalau saya mengalokasikan sebagian gaji saya untuk liburan, tidak banyak sih tapi selalu cukup. Sebelum berangkat liburan, biasanya saya dan teman saya menentukan berapa budget yang dibutuhkan. Mulai dari transportasi, makan, minum dan juga penginapan.

Setelah itu kamu kami mengumpulkan uang itu dan disimpan oleh satu orang yang kami sepakati. Nanti dialah yang bagian bayar-bayar kebutuhan bersama, kalau mau beli ole-ole barulah pakai uang pribadi, bukan uang kelompok. Cara ini cukup efektif.

Saya dan teman saya pernah mempersiapkan budget masing-masing, tidak dikumpul jadi uang kelompok. Alhasil kami sibuk saling menagih saat bayar penginapan, uang makan dan itu sangat repot, karena terkadang lupa pakai uang siapa.

Bahkan serasa lebih banyak pengeluaran. Oh iya kami juga selalu memilih pengipan yang terjangkau.

4.       Menikmati Liburan

Saat berada di tempat liburan, nikmatilah sepuasnya. Jangan malah membawa pekerjaan. Selesaikan semua pekerjaan sebelum berangkat. Berfotolah sepuasnya, jelejahi semua tempat wisata yang ingin ditujuh.

5.       Jangan Lupa Bahagia

Liburan dengan suasan hati senang, nikmati semua keindahan di tempat wisata. Buanglah semua rasa lelahmu, stress, pusing dan segala hal yang telah membuat hari-harimu lelah. Bersantai sejenak, lupakan rutinitas kerjaan.

Setelah kembali, mulailah dengan semangat baru, bekerja sepenuh hati. Jangan lupa bahagia.



Tuesday 15 December 2020

Tidak Betah di Penempatan Nusantara Sehat, Ini Tipsnya

Tidak Betah di Penempatan Nusantara Sehat,

Ini Tipsnya

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu…

            Hai Sobat Nusantara…

Saya kembali lagi nih. Btw lagi rajin menulis, lagi banyak ide yang mau di tuangkan di blog. Hitung-hitung mengejar ketertinggalan karena sudah lama tidak menulis.

Ok… Setelah kemarin saya bahas tentang https://canradewi46.blogspot.com/2020/09/3-penyebab-tidak-betah-di-penempatan.html (3 Penyebab Tidak Betah Di Penempatan Nusantara Sehat). Kali ini saya akan bahas tentang, Tips Bertahan Di Penempatan Nusantara Sehat.

Nah ini adalah kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya. Jika ada beberapa penyebab tidak betah di penempatan, maka kali ini saya akan berbagi tips untuk bertahan di tempat tugas menurut versi saya. Tapi kalau ada yang berpendapat lain, silahkan ditambahkan di kolom komentar.

Sebenarnya hal yang membuat tidak betah pada penempatan tuh banyak banget faktornya, baik sisi eksternal maupun internal. Dengan kata lain dari dalam diri kita dan pengaruh dari luar.

Dan untuk mengatasi hal itu, saya ingin berbagi tips dari apa yang saya lakukan dipenempatan saya sebelumnya.

Lah memang pernah nggak betah dipenempatan?

Kali ini saya tidak akan meminta para sobat untuk menjawab sendiri, jawabannya IYA. Kok bisa? Sudah dijelaskan diatas bahwa banyak faktor yang mempengaruhi. Tapi nggak mungkinkan setelah merasa tidak betah dengan seenak jidat pergi dari tempat tugas.

Mungkin sudah cukup kali yah, pembukaan dari tulisan ini. Sudah cukupkan, iya sudah cukup untuk berharap pada yang dia yang tak pasti. Yang hanya memberikan janji manis tanpa bukti… uwuuuu.

Yaelah masih sering salah fokus, apa saya harus menulis cerpen tentang cerita romantis supaya nggak salah fokus terus, gimana sobat setuju nggak?.

Baiklah kita masuk pada pembahasan.

1.     Baradaptasi Dengan Lingkungan

Kenapa sih harus berpadapatasi dengan lingkungan? Dipembahasan sebelumnya saya menuliskan yang menjadi penyebab pertama yaitu keadaan lingkungan.  Memang sih, jika kita tidak bisa beradapatasi dengan cepat maka akan membuat kita tidak betah.

Makanya yang harus dilakukan yaitu beradaptasi, mulai beradaptasi dengan lingkungan baru, beradaptasi dengan masyarakat setempat, dan beradaptasi dengan teman kerja. Yah terutama teman semasa NS, apalagi jika kita satu tempat rumah dinas.

2 tahun kita waktu dihabiskan bersama, merekalah teman-teman sesama NS yang akan menjadi keluarga kita dirantauan. Yang namanya perbedaan pasti ada, dari karakter, budaya, bahasa, bahkan mungkin selera makanan. Nah, disinilah serunya.

Kita harus belajar untuk lebih menekan ego, jangan mau menang sendiri. Sesering mungkin berdiskusi bersama, saling membantu dalam pekerjaan dan juga saling curhat. Intinya sih apapun masalahnya yah harus dikomunikasikan.

Jika ada masalah carilah solusinya, jangan saling menyalahkan apalagi sampai berkelahi.

Karena 2 tahun itu akan terasa lama jika tidak dinikmati, namun akan terasa sangat singkat jika kita sudah nyaman. Yang pasti setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Jika kita bertemu secara baik-baik yah usahakan berpisah dengan cara baik-baik.

Nikmati masa pengabdian, jangan dibawah stress. Lakukan dengan ikhlas dan bertanggung jawablah dengan tugas yang diberikan.

Bukankah kita telah memilih untuk ikut dalam Nusantara Sehat, maka selesaikan tugas sampai masa penarikan. Ingat bukan hanya pada Kementerian kita bertanggung jawab. Tapi pada masyarakat tempat kita mengabdi, pada puskesmas, pada dinas kesehatan penempatan kita. Semua akan kita pertanggung jawabkan dengan laporan hasil kinerja kita.

Lakukan yang terbaik, jika belum bisa jadi yang terbaik maka jadilah yang bertanggung jawab.


2.     Liburan

      Tips kedua dari saya yaitu liburan. Tidak dipungkuri bekerja di Puskesmas juga penuh dengan berbagai tantangan. Pastinya otak kita capek, badan juga lelah. Kadang inilah yang memicu stress dan tidak betah. Pengen gitu cepat-cepat selesai karena beban kerja terlalu banyak.

      Eitsss… sebelum berpikiran seperti itu, coba flashback deh gimana perjuangan untuk bergabung di Nusantara Sehat. Tidak mudah bukan, banyak rintangan yang telah kita lalui, banyak orang yang ingin berada diposisi kita saat ini, namun kitalah yang terpilih. Lantas kenapa harus menyesal.

      Wajar sih jika kita mengalami fase capek, stress, bosan dan sebagainya. Jadi segarkan otak dengan liburan. Kita itu mempunyai jatah cuti, nah silahkan pergunakan jatah cuti tersebut untuk mengeksplor tempat-tempat indah di daerah penempatan kita atau bisa juga ke pulau sebrang, bahkan keluar negeri sekalian.

      Btw saya selalu liburan bersama teman sepenempatan saya. Kami menentukan dulu mau liburan kemana, setelah itu menyiapkan budget selama liburan. Nah setelah budget terkumpul kami berikan pada bendahara, maksudnya disini yah salah satu teman yang ikut dalam liburan ditunjuk sebagai bendahara. Biar nggak ribet menghitung biaya pengeluaran terus hitung menghitung uang teman yang kepake. Jadi sih bendaraha inilah yang nanti akan membayar semua biaya. Mulai dari transport, makanan, penginpan dan kebutuhan selama liburan lainnya dari uang yang telah kita kumpulkan.

      Tapi jika ingin membeli oleh-oleh pribadi barulah kembali mengeluarkan uang dari kantong pribadi.

      And then nikmatilah liburan sepuasnya, foto yang indah. Hilangkan semua kepenatan dalam kepala. Nikmati momen sepuasnmya karena itulah yang nantinya akan menjadi salah satu kenangan yang tidak bisa lupakan. Yakin deh otak kembali fresh dan efeknya kembali semangat bekerja. 

         Selamat menikmati liburannya sobat Nusantara...


             Btw jika kalian tidak suka liburan, yah carilah hal yang menyenangakan lainnya untuk menghilangkan stres. Mungkin dengan cara belanja atau apapun itu. yang jelas kamu harus mengapresiasi dirimu yang sudah bekerja keras, biar kembali semangat bekerja...      

        Ok deh, sekian dulu nih Sobat Nusantara tips dari saya. Jika ada ingin menambahkan silahkan ditulis dikolom komentar yah. Dan buat yang ingin sharing silahkan follow IG @canradewi. Terimakasih, tetap semangat…

 

 


Thursday 10 September 2020

3 Penyebab Tidak Betah Di Penempatan Nusantara Sehat

3 Penyebab Tidak Betah Di Penempatan Nusantara Sehat

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu…

Hai Sobat Nusantara.... Apakabar nih?

Semoga semua dalam keadaan sehat yah, btw kasus covid sangat tinggi nih, jadi tetap waspada yah. Jangan lupa pakai masker, jaga jarak, cuci tangan dan patuhi protokol kesehatan. Yuk mari yuk kita bekerjasama supaya Indonesia cepat pulih.

Harapannya semoga kita semua dalam lindungan Allah, semuanya tetap semangat yah.

Badai pasti berlalu, asal jangan rata dengan tanah. Ini pepatah dari dosen pembimbing saya dulu waktu lagi menyusun Karya Tulis Ilmiah. Silahkan terjemahkan versi kalian sobat.

Btw saya mau bahas tentang  3 Penyebab Tidak Betah Di Penempatan Nusantara Sehat.

Lah memang ada yang nggak betah ditempat tugas? Jawabannya, silahkan dijawab sendiri. Wkwkwkwk…

Sebenarnya ada beberapa faktor nih sobat nusantara, dan ini menurut versi saya yah, kalau ada yang mau tambahkan silahkan di komen di bawah.

1.     Keadaan Lingkungan

Nah berdasarkan pengalaman 4 tahun mengabdi di Nusantara Sehat, keadaan lingkungan sangat mempengaruhi. Kenapa sih? Ya iyalah sobat, coba bayangkan saat kita di rumah, dan tiba-tiba harus merantau jauh dari keluarga, sahabat, teman dan semua serba asing bagi kita. Nah sedihkan. Iyalah sedih banget.

Belum lagi saat keadaan lingkungan yang serba terbatas, contoh nih, yang pernah saya alami, dapat penempatan di daerah pegunungan yang suhunya dingin banget, belum lagi jalannya yang ekstrim, menanjak, berbatu, berlubang, berkelok, berlumpur, dan berlangganan dengan longsor jika musim hujan telah tiba. Pengen nangis sih, tapi ditahan. Kan ini pilihan sendiri.

Terus tanpa jaringan, listriknya yang lebih sering mati daripada hidup, kadang air tidak mengalir. Nah sempurnahkan.

Tiga bulan pertama tuh berusaha banget untuk beradaptasi, terutama sama suhu dinginnya. Yah sempat sih kulit wajah iritasi parah.

Tapi namanya ini pilihan sendiri, kan ikut Nusantara Sehat Individu jadi harus terimah resiko pilihan. Tapi jika ditanya apakah menyesal pernah bertugas disana. JAWABANNYA…. TENTU SAJA TIDA WOYYYY…

Lah kok ngegas… wkwkwkw… tidak loh cuma pengen tulis pakai huruf kapital aja.

Saya tuh malah bersyukur banget bisa mendapat penempatan di Puskesmas daerah pegunungan. Banyak banget pengalaman berharga yang saya alami. Mulai dari bertahan hidup, belajar hidup sederhana, dan ternyata saya bisa hidup tanpa update status di social media…

 Yaelah memang kalau tidak update bakal mati yah nggak juga sih sobat, tapi karena hidup tanpa internet, kedekatan saya dengan teman sepenempatan lebih intens. Kami bisa cerita dari pagi sampai malam, lanjut subuh, sampai siang. 24 jam non stop, bercanda deng, tapi seru ternyata cerita dari hati ke hati tanpa pegang HP dan diselingi dengan selfie dan update status.

Dan untuk membunuh rasa bosan yang sering banget menyerang , yah kami cari kesibukan, biasanya sih masak bareng, berkebun, baca buku, jalan-jalan dan nonton film bareng di Laptop.

Lah kerjaanya kurang berfaedah banget sih. Oklah kita tambahkan kegiatannya deh, kerja laporan dan SPJ BOK biar cair (Yang pegang program pasti mengerti).



Jangan pernah menyalahkan pilihanmu, jika sudah memilih yah dinikmati. Mungkin banyak hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Tapi coba renungkan, mungkin kamu ditempatkan disitu untuk belajar banyak hal.

2.     Suasana Tempat Kerja

Ehm kurang lebih ini kayak persoalan diatas kali yah. Cuma ini lebih spesik tempat kerjanya yang kita bahas, dengan kata lain Puskesmasnya. Sering juga sih karena tidak nyaman di puskesmas dengan segala aturannya yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan membuat malas banget.

Jadi pengen cepat-cepat 2 tahun, pas sudah 2 tahun eeee nangis, sedih mau pulang. Itu sedih karena penarikan atau sedih karena tidak ada lagi yang masuk ke rekening tiap bulan. Wkwkwkwk (nyinder diri sendiri nih yeah… ).

Bercanda sayeng, jangan dianggap serius, apalagi dibaperin. Mending baperin dia yang sering dikodein tapi nggak peka. Woi kamu tuh yang dimaksud, iya kamu yang lagi baca tulisan ini, ada yang kodein nggak, mungkin dia berharap sama kamu tuh. #mulaiHalu…

Maaf sobat suka salah fokus… nah lanjut, ada yang pernah merasa gitu nggak. Yah wajar sih jika merasa gitu. Apalagi sering terjadi perselisahan di Puskesamas karena masalah uang jasa. Iyakan, jujur aja, banyak kok contoh kasus seperti itu.

Terus sering dibilangi, “lah anak NS kan gajinya sudah besar, kok masih berharap uang jasa”. Hei kita nggak salah kok kalau menuntut uang jasa, toh itu memang ada peraturannya, silahkan aja cari di google.

Tapi sobat, jangan sampai karena uang jasa membuat kita malas kerja. Kita sudah mendapat gaji dari Kementerian, terus sering disebut ujung tombak, putra/putri terbaik. Masa karena uang jasa jadi malas kerja. Yuk cek niat lagi, kerja ihklas, Insya Allah akan bernilai pahala.

Pernah nggak sih merasa senang banget saat ketemu warga, kita layani dengan baik. Terus dia berterimah kasih dengan tersenyum puas, sambil didoakan baik-baik… Nah itu tuh perasaan puas banget, berasa aja ternyata hidup saya berfaedah. Kadang hal-hal kecil seperti ini yang membawa keberuntungan untuk kita, yahkan.



Jika saat ini kamu merasa tidak nyaman dengan puskemas penempatanmu, coba deh cari satu hal yang membuatmu nyaman dan bisa bertahan. Terus ingat lagi niat kamu sebelum gabung di Nusanatara Sehat, semoga kembali semangat.

3.     Tidak Nyaman Dengan Rekan Kerja

Dan yang terakhir, tidak nyaman dengan teman kerja. Nah ini wajar juga jika mengalami hal seperti ini. Namanya kita manusia biasa, pasti pernah berselisih.

Sama saudara aja sering berselisih apalagi sama orang lain yang baru kita kenal. Nah ini banyak faktornya sih yang membuat kita berselisih, salah satu contohnya teman yang egois.

Iyakan, dia yang mau dimengerti tapi nggak mau mengerti orang lain. Woy kelaut aja lo, berteman dengan batu karang. Wkwkwkw… Sudah mewakilkan emosi kalian belum para sobatku.

Nah tips dari saya nih yah menghadapi teman seperti ini, yaitu sabar. Tapi sampai kapan sih kita harus sabar menghadapi manusia macam ini. Sampai 2 tahun, kan setelah 2 tahun kita penarikan.

Kayak sinetron FTV Indosi*r, Hati Istri yang Tersakiti Karena Perselingkuhan Suami Dengan Temannya Sahabat Sendiri. Wkwkwkw…

 Ku menangis…. Membayangkan… ( seketika menyanyi penuh penghayatan).

Sabar aja sobat. Dan sebisa mungkin jangan terlalu menanggapi dia. Toh di penempatan bukan cuma dia seorang.



Carilah teman yang sefrekuensi. Yang bisa kamu ajak curhat, jalan-jalan, dan yang mengerti kamu. Jangan fokus pada orang yang membuatmu sakit hati.

Nah… Itulah pembahasan 3 Penyebab Tidak Betah Di Penempatan Nusantara Sehat, menurut versi saya. Jika ada yang merasa kurang silahkan ditambahkan, komen di bawah yah sobat.

Btw Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun, hanya berdasarkan pengalaman penulis selama menjalani tugas. Dan jujur pernah juga merasa tidak betah ditempat tugas, dan itu karena banyak faktor sih, yang dibahas disini hanya sebagian kecilnya. Karena memang saya malas mikir apalagi yah, jadi cukup 3 aja… wkwkwkw

Semoga tulisan ini bisa memberikan energi positif dan jika ada yang merasa tersinggung, mohon di maafkan sobat.

Semangat buat teman-teman yang masih menjalani masa tugas dan semangat juga bagi teman-teman yang lagi menunggu penempatan baru. Dan lagi… Semangat juga buat yang ingin bergabung di Nusanatara Sehat.

Jika ingin saling menyapa silahkan kujungi

IG @canradewi

Saturday 11 July 2020

Saya Kapok Ikut Nusantara Sehat

Saya Kapok Ikut Nusantara Sehat

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatu...
Hai sobat Nusantara, setelah sekian purnama akhirnya saya menulis lagi diblog. Maklum gaes, baru selesai masa tugas. Dan penempatan saya, tidak ada jaringan internet dan telepon. Sudah ada listrik namun keseringan mati lampu, karena tiang listriknya selalu tumbang. Apalagi saat musim hujan , yang selalu disertai dengan longsor. Maklum penempatan saya ini daerah pegunungan.
Dimanakah penempatan saya? Tanya Dora, ayo sobat Nusantara ada yang tahu nggak?
Silahkan dijawab dikolom komentar yah, nanti ada giveway dari Om Baim dan kak Raffi, silahkan cek video mereka di Youtube. Wkwkwkwk, kok jadi promosin Youtube Artis sih…
Ok balik lagi kepembahasan. Kok saya kapok ikut Nusantara Sehat sih?
Btw… ini sudah kedua kalinya saya ikut Nusantara Sehat. Kalau kalian mengikuti blog saya, pasti kalian tahu. Kalau belum tahu silahkan baca tulisan saya yang lain tentang pengalaman saya sebelumnya.
Baiklah saya ceritakan secara sekilas, karena saya tahu kalian pasti malas buka tulisan saya yang lain kan, ehm…
Sebelumnya saya ikut Nusantara Sehat pada tahun 2015, yaitu Nusantara Sehat Batch II. Program ini masih awal banget di bentuk oleh Kementerian Kesehatan dan belum seterkenal sekarang, dan orang belum tahu apa itu Nusantara Sehat (NS).
Nusantara Sehat awalnya dibentuk secara TIM, belum ada yang namanya Nusantara Sehat Individu. Dan penempatan saya di Puskesmas Tebing, Kec. Tebing, Kab. Karimun, Prov. Kepulauan Riau. Jauhhhhh banget dari kampung halaman, Cuma bisa balik kampung dua kali selama masa tugas.
Alhamdulillah penempatannya tuh sudah maju banget, ada jaringan telepon dan internet sudah 4G, listrik 24 jam, ada supermarket, dekat Batam, Singapura dan Malaysia. Dan bonusnya saya bisa jalan-jalan keluar negeri karena tugas disini.
Saya juga bersyukur banget dapat teman setim yang baik dan saling mensupport, sudah banyak tulisan saya tentang pengalaman masa tugas saya di Tebing, silahkan dibaca yah.
Masa tugas saya 2015-2017, sedih banget waktu purna tugas, berpisah sama teman-teman yang sudah dianggap seperti teman sendiri, keluarga dirantauan. Sekarang kami masih selalu komunikasi sih. Cerita segala hal dan saling menyakan kabar.


Karena perpisahan sesungguhnya bukan karena jarak yang jauh, tapi saat kita memutuskan komunikasi dan berhenti untuk saling mengabari.
Inilah bonus terbesar ikut Nusanntara Sehat, dapat kenalan baru, keluarga baru di rantauan yang mungkin tidak akan saya dapatkan seandainya saya tidak pernah ikut di Nusantara Sehat.
Nah dipenempatan kedua saya, ternyata berbanding terbalik dari penempatan di Puskesmas Tebing. Saya sudah jelaskan di awal tuliusan, dimana aksesnya sangat sulit, udara yang sangat dingin, jalanan yang sering longsor, becek, penuh lumpur, listrik sering mati, tidak ada jaringan telepon dan internet, eee sekaramg sudah ada jaringan internet sih menggunakan WIFI tapi tergantung cuaca juga bagusnya. Tidak bisa dinikmati setiap saat.
Dimanakah Penempatan kedua saya?
Mungkin sudah ada yang tahu dan lebih banyak lagi yang tidak tahu. Daripada dijadiin kuis giveway tanpa peserta, mending saya ceritakan aja kali yah.
Ok… setelah purna tugas di NS batch 2 saya akhirnya ikut lagi program Nusantara Sehat Individu (NSI) atau sering juga disebut Penugasan Khusus.
 Nah bedanya NS team dan NSI yaitu kalau NS team penempatannya ditentukan sama kemenkes dan kita sudah dibentuk team sebelum penempatan, biasanya perteam itu ada 4-9 orang dalam setim dengan profesi berbeda-beda. Kalau NSI kita bisa memilih tempat tugas yang kita inginkan, tapi nggak bisa memilih mau dengan siapa teman sepenempatan. Kadang kita Cuma sendiri di tempat tugas, bahkan juga bisa sampai 12 atau lebih dan profesi bisa sama. Yah tergantung kebutuhan Puskesmas Penempatan yang kita pilih.
Di penempatan saya yaitu Puskesmas Limbong, Kec. Rongkong, Kab. Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan. Btw kenapa saya pilih Puskesmas Limbong, yah karena dekat dengan kampong saya sih, jadi bisa bolak-balik kalau mau ketemu keluarga. Dan total NSI di penempatan saya 13, lulus CPNS 2 orang jadi tinggal 11 orang. Penempatan awal 8 orang, kedua 1 orang, dan terakhir 4 orang. Banyak kan. Iya banyak banget.
Tapi yang namanya NSI tentu pertemanan dan kekeluargaannya tidak seperti team. Loh kok bisa??? Yah bisalah. Hampir semua teman saya yang alumni Ns team mengeluh saat ikut NSI karena perbedaan pertemanannya. Yah bisa dibilang NSI itu memang lebih individu. Tapi tergantung dari pribadi masing-masing sih. 
Alhamdulillah teman penempatan saya tidak jauh beda dengan teman waktu team. Masih bisa diajak kerjasama, tidak apatis dengan sesama, dan tentunya tetap saling membantu dan mensuport saat di penempatan, yah tentunya banyak drama juga. Marahan, diam-diaman dan berbagai konflik lainnya. Tidak semuanya begitu, namun saya fokusnya keteman yang mau diajak saling berbagi. (oh iya nanti saya akan bahas kisah selama di penempatan saat ikut NSI).


Teman sepenempatan adalah keluarga kita dirantauan, jadi usahakan jangan ada masalah, kalaupun ada yah diselesaikan jangan dihindari. Karena merekalah yang akan membantu kita saat susah. Kuncinya yah jangan egois, cuma mau dimengerti tidak mau mengerti yang lain.

            Tapi… kok bisa Kapok Ikut Nusantara Sehat?
            Apa karena akses di Puskesmas Limbong yang sulit? Atau ada teman penempatan yang bikin kesal? Atau selama penempatan menderita lahir batin?
BUKAN…
saya sangat menikmati saat bertugas di Puskesmas Limbong, masyarakatnya baik dan ramah, kami sering dikasi beras dan Alvokat, teman-teman puskesmas juga baik-baik, selalu membantu saya saat kesulitan. Ehm dan teman sesama NSI juga baik dan mereka sudah seperti keluarga saya, banyak suka duka yang telah dilalui.
TERUS KENAPA DONG???
            Saya kapok karena kembali harus berpisah dengan teman-teman sepenempatan yang sudah seperti keluarga sendiri, harus pamit sama teman puskesmas saat sudah nyaman bekerja, harus pamit pada masyarakat yang sudah mengenal kami dan selalu menyapa kami. Harus meninggalkan penempatan saat sudah beradaptasi dan nyaman disana.
            Saya sudah mempersiapkan diri diawal penempatan untuk mengingat hanya 2 tahun masa pengabdian, belajar diawal penempatan untuk lebih kuat saat harus berpisah. Tapi ternyata saat perpisahan itu datang, air mata saya tetap tidak bisa terbendung. Kembali menangis saat pamitan. Memeluk erat orang-orang yang sudah begitu baik menerima dan membantu saya saat dipenempatan.
            
              Perpisahan itu selalu menyakitkan. Mungki karena jarak tidak bisa lagi dipangkas. Rindu temu hanya bisa lewat social media.  Tapi saya bersyukur masih bisa melepas teman-teman saya dengan pelukan hangat walaupun diiringi dengan air mata.

           Terimakasih untuk dua tahunnya yang begitu indah, dimanapun kalian berada, semoga sukses dengan jalan kehidupan yang kalian pilih. 

 Janglupa nonton videonya gaes...

  1. https://www.youtube.com/watch?v=uaH-I__-ZKM&lc=Ugzn67n9A7GIskNaO5x4AaABAg

Saturday 14 December 2019

4 TAHUN KULIAH FARMASI KERJA JADI BIDAN???


4 TAHUN KULIAH FARMASI
KERJA JADI BIDAN???
 
Penilaian FKTP Puskesmas Berprestasi PKM LIMBONG
 
            Assalamu Alaikum Wr. WB…
            Hai nama saya Canradewi dan saya seorang Farmasis atau bisa juga disebut Tenaga Teknis Kefarmasian atau Asisten Apoteker. Saat bekerja di Puskesmas Limbong dan saya dipanggil Bu Bidan.
            Tentu saja saya tidak melakukan pekerjaan Bidan seperti membantu persalinan atau menyuntik pasien. Jangankan menolong persalinan, melihat darah saja saya sudah pusing.
            Tapi kok malah di panggil bidan??? Saya juga sempat bingung, dan risih. Ternyata saya baru tahu setelah bekerja beberapa lama di Puskemas Limbong. Masyarkat memang terbiasa memanggil semua staff perempuan dengan panggilan Bidan, apapun profesinya kecuali Dokter sih yang tetap dipanggil dokter. Dan buat staff laki-laki disebut Mentari (panggilan buat perawat laki-laki).
            Ehm… setelah saya pikir-pikir, kalau tidak dipanggil Bu Bidan, sebaiknya dipanggil apa yah, Bu Farmasi? Bu Tenaga Teknis Farmasis? (kalau ini terdengar ribet banget yah). 
            Oh iya pernah ada kejadian, seorang pasien UGD mengalami pendarahan hebat. Saat itu saya hanya mengintip lewat pintu UGD karena penasaran dengan pasien tersebut. Dan seorang warga menegur saya, kenapa hanya mengintip tidak masuk kedalam untuk membantu melakukan tindakan. Secara refleks saya mengatakan takut melihat darah, warga tersebut sampai menatap saya dengan sinis sambil berkata “Bidan apa ini, masa takut darah”. Sempat mau protes sih, dan bilang maaf pak, saya bukan Bidan tapi karena situasi darurat akhirnya saya hanya diam dan bergegas pergi dari UGD.
Semenjak saat itu saya sangat jarang ke Ruang UGD jika ada pasien, saya hanya akan membantu perawat atau bidan untuk mengambikan obat ataupun Alat yang dibutuhkan di gudang obat.
Sebenarnya saya bukannya marah saat di panggil Bidan, dan justru sangat kagum dengan teman-teman Bidan. Kebetulan saya ditempatkan dengan tiga Bidan di Nusantara sehat Individu di penempatan Puskesmas Limbong. Bahkan kami semua serumah.
Dan sayapun meihat betapa susahnya menjadi serang Bidan yang harus siap siaga untuk menolong persalinan. Tidak puduli apakah subuh, pagi, siang, malam bahkan tengah malam sekalipun harus siap untuk menolong pasien.
Jika pasien sempat dibawah ke puskesmas maka mereka harus siap untuk menolong di Puskesmas. Namun yang lebih parahnya lagi jika pasien berada di desa dan tidak sempat dibawah ke Puskesmas maka teman-teman Bidanlah yang harus menuju desa untuk menolong pasien tersebut. Memang sih tiap Desa ada Bidan Desanya, tapi terkadang Bidan Desa juga tidak bisa menolong sendirian dan membutuhkan bantuan dari teman Bidan yang ada di Puskesmas.
Saya masih ingat jelas saat Bidan turun ke Desa Minanga untuk menolong persalinan dan saat itu cuaca sangat buruk, beberapa hari hujan turun dan terjadi longsor hingga membuat beberapa jalan terputus karena longsor hingga membuat mobil tidak bisa lewat dan bahkan motor harus diangkat karena tertanam dilumpur. Dan dengan penuh perjuangan mereka tetap nekad turun berboncengan dengan jalanan yang licin dan longsor. Sempat khawatir saat mereka pergi, Alhamdulilah mereka pulang dengan selamat walaupun pasien harus dirujuk.
Banyak tantangan yang harus dilalui saat mengabdi, bahkan mungkin harus bertarung nyawa untuk menolong pasien. Terkadang kita harus menanggung beban berat saat pasien yang kita tolong tidak selamat.
            Akhirnya saya sadar bahwa saya tidak seharusnya merasa risih dengan panggilan Bu Bidan, yah walaupun kuliah selama 4 tahun untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi. Menjadi Bu Bidan selama 2 tahun masa pengabdian dengan pekerjaan dibidang Farmasi (mengelolah Apotek dan Gudang Obat). Yang penting sih tidak mencoba membantu persalinan atau menyuntik pasien, karena bekerja harus sesuai tupoksi masing-masing. Kecuali jika benar-benar keadaan darurat.

Pelayanan Puskel PKM Limbong di Dusun Salukana
Pelayanan Puskel PKM Limbong di Dusun Salukana

Semua tenaga kesehatan mempunyai resiko yang harus ditanggung, apapun profesinya, baik itu Farmasis, Bidan, Analis, Kesling, Gizi, Dokter, Dokter Gigi, Kesmas, Perawat dan lainnya.
            Nusanatara Sehat mengajarkan saya bahwa tidak ada profesi yang paling baik, semua mempunyai tugas masing-masing. Bukan saling membanggakan profesi dan mengucilkan profesi yang lain karena pada dasar semua profesi harus bekerja sama, bahu membahu untuk menjalankan program. Semua mempunyai tanggungjawab, saling bersinergi untuk menjalankan tugas. Untuk meningkatkan kesehatan Masyarakat.
            Karena ini bukan perlombaan untuk menentukan yang paling baik, tapi saling bekerja sama untuk melakukan yang terbaik demi masyarakat yang lebih sehat, untuk INDONESIA SEHAT.